Validasi Desain dalam UI/UX | Usability Testing Bagian 1

Theresya Mega
4 min readApr 1, 2022

--

Sebagai seorang UI/UX designer, pernah gak sih terlintas dipikiranmu: desain yang saya buat ini sesuai gak sih buat user yang pakai?

Selama mendesain saya selalu mencoba menempatkan diri saya sebagai user, mecoba berempati dengan user. Tapi apakah mecoba berpikir sebagai user aja cukup? Apakah duga-dugaan saya ini bener mewakili semua user? Apakah semua user akan berprilaku seperti saya?

Supaya solusi yang dihasilkan maksimal, saya rasa teknik empati (atau duga menduga) saja tidak akan cukup. Desain yang sudah dibuat sebaiknya melalui proses evaluasi lagi agar solusinya jadi lebih valid.

Usability Testing

Usability testing adalah sebuah praktik untuk menguji seberapa mudah sebuah desain bisa digunakan oleh user-nya.
interaction-design.org

Salah satu proses validasi yang cukup menarik bagi saya adalah usability testing karena melibatkan user langsung dalam prosesnya.

Menurut saya, desain itu berkaitan erat dengan behaviour user. Nah, user kita adalah manusia yang setiap hari berubah dan berkembang. Berangkat dari pemikiran itu, saya yakin gak ada yang bisa langsung bikin desain yang langsung perfect tanpa adanya proses iterasi desain, yang dilakukan dengan mengobservasi interaksi real user dengan desainnya.

Jenis-jenis Usability Testing

Secara umum, usability testing (UT) ini bisa dibagi menjadi 2: Kuantitatif dan Kualitatif. Namun pada prakteknya tidak menutup kemungkinan kedua jenis usability testing ini digunakan pada saat yang bersamaan.

UT yang kuantitatif fokusnya adalah mengumpulkan metriks dari user experience. Misalnya berapa banyak task yang dapat diselesaikan oleh user? Atau, berapa lama waktu yang dibutuhkan oleh user untuk menyelesaikan task-nya?

Oleh karena itu tools yang digunakan adalah tools pengukur metriks seperti maze design ataupun hotjar. Tipe kuantitatif ini biasanya di-test ke banyak orang, bisa mulai dari 20 hingga 100 orang dalam satu periode.

Tipe kedua yaitu UT yang kualitatif. Tipe kualitatif ini lebih fokus untuk menemukan findings dan insight tentang bagaimana user menggunakan sebuah produk atau servis.

Usability testing secara kualitatif bisa dilakukan dengan cara interview 1-on-1 atau forum group discussion dengan 2–3 orang. Metode interview ini dipercaya dapat menggali insight yang lebih dalam lagi.

UT secara kualitatif ini pesertannya jauh lebih sedikit, maksimal dilakukan ke-15 orang saja. Bahkan UT kualitatif ini paling efektif dilakukan kepada 5 orang partisipan saja.

Kenapa UT Kualitatif Cuma Butuh 5 Orang?

Soal jumlah peserta UT kualitatif ini sebenarnya masih menjadi perdebatan. Ada yang mengatakan minimal harus 8 orang. Ada pula yang mengatakan 12 orang adalah yang ideal.

Memang tidak ada jawaban yang 100% benar, tapi saya tertarik dengan pendapat dari Jakob Nielsen yang saya temukan di artikel ini. Disini beliau secara gamblang mengapa 5 orang adalah angka terbaik.

Usability testing yang terlalu kompleks adalah pemborosan resources. Hasil terbaik dihasilkan melalui testing skala kecil, dengan 5 users saja, yang dilakukan sebanyak-banyaknya.
– Jakob Nielsen dari Nielsen Norman Group

Berikut adalah bagan yang saya kutip dari artikel tersebut.

Gambar dikutip dari NNGroup

Bagan ini dimulai dari nol peserta, nol insight.

Setelah kamu melakukan satu kali testing, kamu akan langsung dapat 25% insight mengenai produkmu. Dari hasil ini kamu langsung dapat 1/3 insight dari usability desainmu.

Pada testing yang kedua, orang ini bisa dipastikan akan melakukan sebagian besar hal yang sama dengan orang pertama. Tapi karena setiap manusia itu unik, pastinya akan ada perbedaan. Disini kamu akan mendapatkan insight baru, tapi mungkin tidak sebanyak insight yang kamu dapatkan pada orang pertama.

Orang ketiga akan melakukan hal yang sudah dilakukan oleh kedua orang sebelumnya. Insight baru yang kamu temukan pastinya akan lebih kecil lagi.

Mulai dari sini, testing akan menghasilkan insight yang jauh lebih kecil lagi, hanya sekitar 5–10% saja per-orang. Hingga orang kelima, insight yang didapat akan turun lagi menjadi 3–5% saja.

Tapi bukannya dibagan itu, untuk mencapai 100% butuh 15 orang peserta?

Alasan utamanya terletak pada efisiensi waktu dan budget. Karena setelah user kelima, insight yang didapatkan tidak akan sebanding dengan effort waktu dan biaya yang kita keluarkan.

Untuk mencapai 100% insight kamu harus mengeluarkan biaya dan waktu yang 3 kali lipat lebih besar dari effort yang dikeluarkan untuk mencapai 85%. Bisa disimpulkan disini: setelah 5 users, UT tidak akan efisien lagi.

Dapat apa dari Usability Testing?

Usability testing tentunya bukan proses yang mudah. Selain membutuhkan waktu dan effort yang ekstra, usability testing juga membutuhkan biaya tambahan. Mungkin hal ini membuatmu maju mundur untuk melakukannya.

Namun, insight dan findings yang dihasilkan sangatlah berguna. Dari satu kali testing saja, kamu bisa menemukan insight yang valid untuk mengembangkan desain produkmu.

Beberapa keuntungan melakukan usability testing bisa dijabarkan sebagai berikut;

  1. Membantu mengidentifikasi masalah apa yang ada pada desain kita, jadi kita bisa memperbaikinya sebelum desain di-launch.
  2. Mengungkap opportunity, pada bagian mana saja desain atau user journey bisa di-improve supaya produk jadi lebih maksimal.
  3. Memahami kebiasaan user, ini berguna sebagai bekal untuk next enhancement dari produk kita dikemudian hari.

TLDR

Usability testing adalah sebuah metode validasi yang dapat diandalkan karena melibatkan user langsung dalam prosesnya. Melalui UT kita akan mendapatkan insight dan findings yang berguna untuk mengembangkan desain produk kita, agar lebih tepat sasaran dan sesuai dengan kebutuhan user.

UT ini membutuhkan cost dan effort yang tidak sedikit. Oleh karena itu efisiensi waktu dan budget menjadi hal krusial dalam melakukan planning usability testing.

--

--

Theresya Mega
Theresya Mega

Written by Theresya Mega

User Experience Specialist: I do design research for human experiences with digital products | 9 years of experiences in user experience related field

No responses yet