Mendesain untuk Manusia

Theresya Mega
3 min readMar 25, 2022

--

Menurut saya, mendesain produk digital (atau biasa juga disebut UI/UX), mirip seperti membuat pakaian. Dalam membuatnya kita perlu memperhatikan untuk siapa produk itu dibuat.

Kalau mau bikin baju untuk balita tapi pakai ukuran orang dewasa, tentu saja gak akan pas. Baju yang ditujukan untuk berolahraga, pasti akan beda dengan baju untuk pesta formal. Belum lagi soal selera dan trend. Pakaian yang diminati oleh orang-orang di Jakarta Utara dan Jakarta Selatan saja bisa beda, padahal masih sama-sama di Jakarta.

Makanya, dalam membuat pakaian, penting buat tau latar belakang dan tujuan user-nya waktu menggunakan pakaian tersebut. Dengan begitu kita akan menghasilkan pakaian yang tepat untuk user-nya.

Sama halnya dalam membuat desain produk digital. Untuk membuat desain yang sukses kita perlu paham dulu latar belakang dan tujuan user kita. Baru deh, kita bisa buat desain yang sesuai.

Sayangnya, sekarang lebih banyak UI/UX designer yang lebih mementingkan visual yang cantik dan memperbanyak list feature yang ada saja dalam mendesain produk. Mereka melupakan satu komponen terpenting: untuk siapa mereka membuat produk tersebut?

Sebenarnya, indikator sebuah desain produk dikatakan sukses itu simple. Desain produk yang sukses adalah desain yang menjawab kebutuhan dari user-nya.

Experience yang dialami oleh user itu penting. Tentu saja visual yang cantik itu menarik, tapi apakah memudahkan user dalam menggunakan produknya? Feature-feature yang ada dipakai gak sama user?

Lalu, gimana sih caranya untuk membuat user experience yang tepat?

User-Centered Design

Sesuai dengan namanya, user-centered design adalah sebuah proses iteratif dimana desainer fokus pada kebutuhan user di setiap fase proses desain. Istilah ini dipopulerkan oleh Don Norman melalui bukunya The Design of Everyday Things.

Di dalam user-centered design, tahapan dalam membuat desain bisa dibagi menjadi 4 kategori besar: discover, define, design, dan validate.

  1. Discover
    Ditahap discover, kita mencoba untuk memahami konteksnya terlebih dahulu. Kita bisa mulai dengan mencari tahu apa saja yang dibutuhkan oleh bisnis dan apa saja masalah user yang bersinggungan dengan tujuan dari produk kita.
  2. Define
    Disini kita menentukan masalah apa yang akan kita selesaikan. Dimulai dengan membuat experience map yang dilalui oleh user, dari situ kita bisa menemukan masalah yang dihadapi user dan solusi yang mungkin bisa diberikan oleh produk yang akan kita buat pada setiap stages-nya.
  3. Design
    Ide tersebut kemudian direalisasikan dalam bentuk desain pada tahap ini. Dimulai dari membuat flow chart user journey yang baru dan ideal. Kemudian dilanjutkan dengan membuat wireframe dan prototype.
  4. Validate
    Di tahap ke-4, ide dalam bentuk desain yang sudah dibuat, dievaluasi keefektifannya. Apakah desain yang baru menjawab masalah user? Ada gak bagian dari ide ini yang bisa di-improve supaya lebih maksimal?
    Setelah proses validasi kita akan menemukan insight dan findings baru. Temuan ini akan kita gunakan untuk menyempurnakan kembali desain agar lebih sesuai dengan kebutuhan user-nya.
Gambar dikutip dari Interaction-Design.org

Mengapa Proses Mendesain Itu Perlu Iteratif?

Kalau dilihat dari bagannya, proses user-centered design itu kok berulang terus sih? Sudah ketemu solusi dan diaplikasikan ke desain, kok masih dievaluasi lagi? Gak selesai-selesai dong?

Perlu diingat, user kita itu tidak lain adalah manusia.

Manusia itu setiap harinya pasti bergerak, berinteraksi, dan beradaptasi dengan lingkungan dan keadaan. Manusia berkembang terus.

Apa yang menjadi solusi hari ini, belum tentu menjadi solusi satu tahun mendatang. Makanya, proses desain perlu menjadi iteratif agar selalu menjawab kebutuhan user.

Dulu solusi terbaik ketika sakit adalah berobat ke RS, namun setelah wabah pandemi COVID-19, solusi berobat yang direkomendasikan oleh WHO adalah tele-medicine (konsultasi online)

TLDR

Desain yang sukses adalah desain yang menjawab kebutuhan dari user.
User
kita adalah manusia yang tidak pernah berhenti berkembang. Oleh karena itu, proses iterasi yang berfokus pada user dalam mendesain sebuah produk menjadi sangat penting. Tanpa adanya proses iterasi, solusi yang dihasilkan tidak akan langsung sesuai dengan kebutuhan user.

--

--

Theresya Mega
Theresya Mega

Written by Theresya Mega

User Experience Specialist: I do design research for human experiences with digital products | 9 years of experiences in user experience related field

No responses yet